Kondisi yang cukup memprihatinkan dialami seorang guru wiyata di Grobogan, Jawa Tengah. Sambil mengajar ia harus menggendong anaknya yang masih balita karena mengalami penyakit lumpuh layu di sekolah.
Bertahun-tahun ia harus berjuang sendirian demi kesembuhan anak satu-satunya ini. Adalah Retno Ambarwati, wanita dua puluh sembilan tahun warga desa Tunggak kecamatan Toroh, Grobogan, Jawa Tengah ini harus mengajar sambil menggendong anaknya di SDN 3 Tunggak. Retno guru kelas lima sekolah dasar ini terus menggendong anaknya Fakhri Munif Assahri yang masih berusia tiga setengah tahun didepan murid-muridnya.
Kerabat Semesta
Saling Berbagi dan Menginspirasi
10 Oktober 2013
27 September 2013
1000 Kelereng
Semakin bertambah usia, Jeffrey Davis semakin menikmati dan mensyukuri Hari Sabtu. Semua itu gara-gara percakapan di acara radio yang tak sengaja ia dengar pada suatu hari Sabtu. Kurang lebih beginilah percakapan itu:
"Dari cerita Anda, kelihatannya Anda adalah pria yang sangat sibuk. Pasti Anda mendapat gaji yang lumayan tapi sayang sekali Anda sering tidak berada di rumah. Anda bekerja 60 sampai 70 jam seminggu demi mendapat penghasilan sampai Anda tidak bisa hadir pada acara pentas putri Anda."
Si penyiar radio itu melanjutkan, “Aku akan memberimu sebuah teori, teori bikinanku sendiri. Teori ini membantu saya memilah prioritas dalam hidup saya.”
Kemudian penyiar radio mulai menyampaikan teorinya tentang 1000 kelereng.
“Pada suatu hari saya sedang duduk-duduk lalu iseng-iseng saya coba menghitung-hitung. Umur rata-rata orang hidup adalah 75 tahun. Ya, tentu ada yang umurnya lebih dari itu, dan ada yang kurang dari itu. Tapi bisa dibilang ya… rata-rata usia manusia adalah 75 tahun.”
“Lalu angka 75 itu saya kalikan dengan 52 hasilnya 3900, ini merupakan jumlah Hari Sabtu yang dimiliki orang-orang sepanjang hidupnya. Nah, sekarang dengar ini Tom, ini bagian yang paling penting.”
Penyiar itu melanjutkan penjelasannya, “Saya baru menyadari ini dengan rinci sewaktu saya berumur 55 tahun. Jadi saat itu saya sudah melewati 2800 Hari Sabtu. Lalu saya berpikir, kalau saya bisa hidup sampai 75 tahun berarti saya tinggal punya sekitar 1000 Hari Sabtu untuk dinikmati.”
“Setelah itu, Tom, saya langsung pergi ke toko mainan untuk membeli kelereng. Semua kelereng saya beli dari toko itu. Saya bahkan harus beli di tiga toko mainan supaya dapat 1000 kelereng. Kemudian saya pulang, lalu menaruh seluruh kelereng itu di dalam toples besar yang bening.”
“Sejak hari itu, setiap Hari Sabtu, saya ambil 1 kelereng dari toples lalu saya buang kelereng itu.”
“Dengan memperhatikan jumlah kelereng yang semakin berkurang, saya jadi lebih memfokuskan hidup saya pada hal-hal yang paling penting. Melihat jatah waktu kita yang menipis benar-benar efektif untuk menyadarkan kita tentang prioritas dalam hidup ini.”
“Nah, sekarang dengarkan hal terakhir yang ingin kusampaikan sebelum saya tutup acara ini, dan setelah itu saya akan mengajak istri saya yang tercinta sarapan pagi. Pagi tadi saya mengambil kelereng terakhir dari toples itu. Jadi kalau Sabtu depan saya masih berada di sini itu berarti saya diberi tambahan waktu. Kita semua ingin mendapat tambahan waktu, bukan?”
“Senang sekali berkenalan dengan Anda, Tom. Saya berharap Anda lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga. Mudah-mudahan kita bisa ngobrol lagi di sini.” Lalu lelaki itu menutup acara radio itu.
Percakapan tadi membuat Jeffrey Davies merenung. Hari Sabtu itu ia berencana membetulkan antena, lalu ia akan menemui rekan-rekan kerjanya untuk mengerjakan newsletter.”
Akhirnya, ia tidak melakukan semua itu. Ia naik ke atas membangunkan istrinya dengan ciuman lalu berkata, “Bangun sayang, pagi ini aku ingin mengajakmu dan anak-anak sarapan di luar.”
“Dalam rangka apa ini?” tanya istrinya.
“Nggak ada apa-apa. Tiba-tiba aku merasa sudah lama sekali kita tidak menikmati Hari Sabtu bersama-sama. Nanti aku juga mau mampir ke toko mainan. Aku ingin membeli kelereng.
Label:
Audio Kisah Inspiratif,
Kisah Inspiratif,
Waktu
18 September 2013
Sepercik Damai - Vina Panduwinata
LIRIK LAGU SEPERCIK DAMAI - VINA PANDUWINATA
Kubuka jendelaku kulihat alam oh damainya
Terasa indahnya hijau pegunungan
Bocah-bocah bercanda dengan lugu
Wajah tanpa dosa bagaikan salju
Mengapa kita semua tak seperti mereka
Damai hati di dunia tanpa permusuhan
Bulan matahari saling berganti peran
Ada siang ada malam yang slalu berdampingan
Dilingkari damainya bocah
Dunia penuh dengan dosa
Oh mengapa kita semua tak mau mengaca pada mereka
Tanpa malu-malu
Jujur dan damai awal kita dahulu
Coba dengar suaranya bening tak penuh debu
Kata hati jujur lugu tanpa bumbu tipu
Matanya bening bibir sebersih mega
Damai damai dunia ini hidup seperti mereka
Dengar suaranya bening tak penuh debu
Kata hati jujur lugu tanpa bumbu tipu
Matanya bening bibir sebersih mega
Damai damai dunia ini hidup seperti mereka
14 September 2013
Langganan:
Postingan (Atom)